Siang ini cuaca cukup cerah walau
terlihat sedikit awan gelap di ujung utara, tetapi tak membuat aku bersedih.
Ya, bagaimana mungkin aku bersedih karena hari ini aku akan pulang ke kampung
halaman ku. Bella, ya itu lah nama ku, aku adalah seorang anak dari keluarga
yang sederhana. aku sekolah di SMANSA WAWAY, di daerah Lampung, tepatnya di
kecamatan WaKa. Perjalanan dari WaKa ke PanJa sekitar 8 jam, dan aku sampai di
kampung halaman sekitar pukul 16:00 WIB.
***
Malam bertabur bintang membuat langit begitu elok, tak
sampai hati aku tuk meninggalkan pemandangan yang begitu indah ini. Semakin
malam semakin membuat kulit ini mengereyit seakan ingin berkata bahwa malam
mulai larut.
Malam berlalu dan aku kembali dalam suasana yang cerah
dengan terbitnya sang surya, yang menyapa di pagi ku, aku merasa pagi ku di
kampung halaman kan terus indah apalagi ada seseorang yang begitu ku sayang,
yosi ya itu lah nama seseorang yang aku sayang. Malam ini malam minggu ingin
sekali malam ini dia datang ke rumah ku. tapi apa yang ku harapkan beda dari
kenyataan. Dia mengabaikan ku, dan dia memberikan alasan-alasan yang membuat
aku tak sanggup marah padanya. Hari minggu sore aku main tempat teman ku karena
aku sudah janjian dengannya kalau sore ini aku dan dia akan bertemu. Aku
bersiap-siap untuk ke rumah teman ku yang bernama agesty, aku berangkat kerumah
dia jam 16:00 dan sampai di sana dia sudah menunggu aku. Ya namanya sahabat
yang lama tak berjumpa jadi kita berpelukan. Angin sore mengantar kami pada
cerita-cerita selama kita berpisah, banyak sekali hal-hal yang telah kami
ceritakan hingga apa yang kami ceritakan telah menyingkatkan waktu. Tepat pukul
17:00 aku pulang karena waktu sudah cukup sore. Bukan ini yang ku harap kan,
dan mungkin tidak ada seorang kekasih mengharapkan seperti ini. Saat aku
melewati tanah lapang, aku melihat sosok yang begitu aku kenal dan tak asing
dimata ku. semakin dekat aku dengan sosok itu, semakin jelas wajah itu dan saat
ku melihatnya jantung ku seperti berhenti.
Aku langsung pergi menjauh darinya tanpa ku sadari air
mataku telah menetes, mengaliri pipi ku. aku sudah tak kuat lagi akhirnya aku
terpaksa berhenti disebuah jembatan yang tak sering di lalui orang. Setelah aku
berdiri dipinggir jembatan, rasanya kaki melemas mengingat kejadian tadi. Aku
pun jatuh terduduk lemas, hanya air mata ini yang dapat berkata bahwa hati ku
lelah. Ternyata selama ini dia telah membohongi aku, dengan alasan- alasannya.
Aku sudah cukup percaya padanya, hingga aku benar-benar merasa kalau dia lah
yang pantas mendapatkan cinta dan kasih sayang ku. setelah air mata ini mereda,
ku coba untuk bangkit berdiri dan melaju ke arah rumah.
Esoknya kurasakan badanku panas, tapi aku usahakan untuk
bangun dari tempat tidur untuk membantu ibuku walau rasanya seperti ingin
terjatuh. malamnya dia main ke rumah ku aku tak banyak bicara karena aku masih
memendam rasa jengkel padanya. Karena mungkin perubahan ku terlalu membuat dia tidak
tenang berada dalam rumahku, dia pun mencoba membuat ku berkata.
“sayang... kamu kenapa diam
saja..?”
“aku enggak kenapa-kenapa kok...”
“Terus, kenapa dari aku datang ke rumah mu kamu diam saja dengan ku,
apa aku melakukan kesalahan...?”
Aku masih
tetap diam, tanpa ku sadari air mata ku mulai membasahi pipi ku, dan akhirnya aku
tak bisa membendung kesedihanku. dengan iringan air mata aku mencoba minta
penjelasan darinya tentang seorang wanita yang kemarin bersama dirinya.
“si...siapa
yang kemarin bersama mu...? sembari ku menghapus air mata ini.
“si..si..siapa...?,
aku kemarin tak bersama dengan wanita lain..”
“alah, kamu
itu enggak usah banyak alasan atau berpura-pura. Aku liat dengan mata kepala ku
sendiri kalau kemarin kamu bersama seorang wanita.”
“kemarin...
(menunjukan wajah yang kebingungan). Oh iya, kemarin aku bersama mbak ku, kamu
cemburu tho.”
“enggak...!,
ngapain juga ku harus cemburu sama kamu...”
“alah, thu
buktinya ngambek, lok ngambek manis nya ilang lho..!
“bodo...,
mang aku pikirin...”
“ih, tambah
gemes deh ma kamu (mencubit pipi ku), cumik...cumik...”
Setelah dengan
gemasnya dia mencubit pipiku, aku pun di peluknya dengan rasa sayangnya.
Walaupun begitu aku masih heran saja dengan diriku ini. Walau aku telah
dibuatnya menangis, dan cemburu, tapi rasa sayangku tak pernah pudar, bahkan
aku semakin sayang dengannya.
***
Selama
sepekan, aku selalu dirumah dan tak pernah main kerumah teman atau saudara ku.
tapi malam ini, tepatnya malam minggu aku sedang keluar rumah untuk main
kerumah temanku yang lumayan cukup jauh, dan perjalanan menuju ke rumah temanku
melewati rumah Yosi. Saat aku melewati rumahnya, aku melihat motornya masih
didepan rumah. Memang malam ini aku tak ada janjian untuk bertemu dengannya,
karena dia ingin main play station dan aku juga main ke rumah Agesty.
Sesampainya dirumah Agesty aku kembali bersenda gurau bersamanya sampai pada
pukul 21:00 aku berpamitan untuk pulang. Rasanya seneng banget karena malam ini
aku bisa melepaskan penatku dengan sahabatku. aku berniat pulang untuk tak
melewati rumahnya Yosi, karena malam ini awan menampakkan kesuramannya. Ya,
sebentar lagi akan turun hujan. Dengan sedikit lebih cepat mengendarai sepeda
motor, aku merasa kedinginan karena angin yang berhembus malam ini sangat
dingin. entah apa yang membuatku untuk menengok ke sebuah rumah yang sederhana,
aku melihat motor Yosi disitu. Sejenak aku berhenti dan memastikan kalau itu
bukan Yosi. Tak berselang lama, orang yang didalam keluar bersama seorang
wanita dan benar saja kalau itu Yosi. Ku tunggu apa yang akan terjadi, dan
ternyata apa yang mereka lakukan membuat jantung ku berhenti berdetak. Tanpa ku
sadari kaki ku telah melangkah mendekati mereka, beriringan denga menetesnya
air mata aku mendekati yosi dan hendak menamparnya tapi tak sanggup tangan ini
tuk melukainya...
“harchi (nama
panggilan)kamu...(sesekali dengan nada sesegukan), ternyata selama ini kamu
sudah membohongi, mengkhianati, dan mengecewakan ku. apa artinya kata-kata yang
keluar dari mulutmu, kalau yang terjadi tak pernah sama dengan yang kau
ucapkan.
“mik..mik..
(dengan keraguan), dengerin penjelasan aku dulu..”
“penjelasan
apa, penjelasan bahwa kau telah menyakiti aku, dan bilang kalau kau lebih
memilih dia.. iya..!”
“mik, tenang
dulu dengerin aku..”
“udah lah
harchi, cukup kuat aku selama ini menghadapi tingkahmu, kurasa sejak kejadian
itu kau mulai berubah, tapi apa ...? kamu sama sekali tak pernah berubah.
Mungkin aku memang tak lebih baik dan lebih cantik dari pada dia. Tapi hati ku
cukup tulus untuk menerima kamu apa adanya. Berkali-kali kau menyakitiku, tapi
ku tak pernah menjauh darimu, justru ku lebih sayang denganmu. Apa kurang
selama ini kasih sayang yang kuberikan untukmu. Aku memang tak berjuang dengan
fisik, tapi aku berjuang mempertahankan cinta kita dengan batinku, hati dan
perasaanku....(masih menangis).
Dengan mata
yang basah, udara yang dingin, aku mulai melaju kembali didalam gelapnya malam
dan tak menghiraukan Yosi yang memanggilku. Sampai pada akhirnya aku terjatuh
karna tanah begitu licin, aku merasakan benturan dikepalaku. Namun, sesaat aku
sudah tak sadar lagi. Kata orang yang menolongku aku terbentur batu dan melukai
kepala ku.
Setelah aku
benar-benar sadar, aku mengingat kembali peristiwa itu. Air mata yang semula
tak ingin mengalir, akhirnya kembali membasahi pipi ini. Dalam batin ku
berkata, mungkin kau akan bahagia bersamanya dan ku harap kau tak mengecewakan
orang pilihannmu. Aku sekarang telah mati karnamu. Memang bukan tubuh ini yang
mati, tapi hati dan perasaanku yang telah kau buat tak lagi bernyawa.
Jangan
pernah menyiayiakan orang yang menyayangimu dengan hati yang tulus. Hargailah
setiap pengorbanan hatinya untukmu. Belajarlah untuk menghargai sebuah
perasaan.