Kamis, 29 Januari 2015

Mati Karnanya



Siang ini cuaca cukup cerah walau terlihat sedikit awan gelap di ujung utara, tetapi tak membuat aku bersedih. Ya, bagaimana mungkin aku bersedih karena hari ini aku akan pulang ke kampung halaman ku. Bella, ya itu lah nama ku, aku adalah seorang anak dari keluarga yang sederhana. aku sekolah di SMANSA WAWAY, di daerah Lampung, tepatnya di kecamatan WaKa. Perjalanan dari WaKa ke PanJa sekitar 8 jam, dan aku sampai di kampung halaman sekitar pukul 16:00 WIB.
***

Malam bertabur bintang membuat langit begitu elok, tak sampai hati aku tuk meninggalkan pemandangan yang begitu indah ini. Semakin malam semakin membuat kulit ini mengereyit seakan ingin berkata bahwa malam mulai larut.
Malam berlalu dan aku kembali dalam suasana yang cerah dengan terbitnya sang surya, yang menyapa di pagi ku, aku merasa pagi ku di kampung halaman kan terus indah apalagi ada seseorang yang begitu ku sayang, yosi ya itu lah nama seseorang yang aku sayang. Malam ini malam minggu ingin sekali malam ini dia datang ke rumah ku. tapi apa yang ku harapkan beda dari kenyataan. Dia mengabaikan ku, dan dia memberikan alasan-alasan yang membuat aku tak sanggup marah padanya. Hari minggu sore aku main tempat teman ku karena aku sudah janjian dengannya kalau sore ini aku dan dia akan bertemu. Aku bersiap-siap untuk ke rumah teman ku yang bernama agesty, aku berangkat kerumah dia jam 16:00 dan sampai di sana dia sudah menunggu aku. Ya namanya sahabat yang lama tak berjumpa jadi kita berpelukan. Angin sore mengantar kami pada cerita-cerita selama kita berpisah, banyak sekali hal-hal yang telah kami ceritakan hingga apa yang kami ceritakan telah menyingkatkan waktu. Tepat pukul 17:00 aku pulang karena waktu sudah cukup sore. Bukan ini yang ku harap kan, dan mungkin tidak ada seorang kekasih mengharapkan seperti ini. Saat aku melewati tanah lapang, aku melihat sosok yang begitu aku kenal dan tak asing dimata ku. semakin dekat aku dengan sosok itu, semakin jelas wajah itu dan saat ku melihatnya jantung ku seperti berhenti.
Aku langsung pergi menjauh darinya tanpa ku sadari air mataku telah menetes, mengaliri pipi ku. aku sudah tak kuat lagi akhirnya aku terpaksa berhenti disebuah jembatan yang tak sering di lalui orang. Setelah aku berdiri dipinggir jembatan, rasanya kaki melemas mengingat kejadian tadi. Aku pun jatuh terduduk lemas, hanya air mata ini yang dapat berkata bahwa hati ku lelah. Ternyata selama ini dia telah membohongi aku, dengan alasan- alasannya. Aku sudah cukup percaya padanya, hingga aku benar-benar merasa kalau dia lah yang pantas mendapatkan cinta dan kasih sayang ku. setelah air mata ini mereda, ku coba untuk bangkit berdiri dan melaju ke arah rumah.
Esoknya kurasakan badanku panas, tapi aku usahakan untuk bangun dari tempat tidur untuk membantu ibuku walau rasanya seperti ingin terjatuh. malamnya dia main ke rumah ku aku tak banyak bicara karena aku masih memendam rasa jengkel padanya. Karena mungkin perubahan ku terlalu membuat dia tidak tenang berada dalam rumahku, dia pun mencoba membuat ku berkata.
“sayang...  kamu kenapa diam saja..?”
“aku enggak kenapa-kenapa kok...”
“Terus, kenapa dari aku datang ke rumah mu kamu diam saja dengan ku, apa aku melakukan kesalahan...?”

Aku masih tetap diam, tanpa ku sadari air mata ku mulai membasahi pipi ku, dan akhirnya aku tak bisa membendung kesedihanku. dengan iringan air mata aku mencoba minta penjelasan darinya tentang seorang wanita yang kemarin bersama dirinya.
“si...siapa yang kemarin bersama mu...? sembari ku menghapus air mata ini.
“si..si..siapa...?, aku kemarin tak bersama dengan wanita lain..”
“alah, kamu itu enggak usah banyak alasan atau berpura-pura. Aku liat dengan mata kepala ku sendiri kalau kemarin kamu bersama seorang wanita.”
“kemarin... (menunjukan wajah yang kebingungan). Oh iya, kemarin aku bersama mbak ku, kamu cemburu tho.”
“enggak...!, ngapain juga ku harus cemburu sama kamu...”
“alah, thu buktinya ngambek, lok ngambek manis nya ilang lho..!
“bodo..., mang aku pikirin...”
“ih, tambah gemes deh ma kamu (mencubit pipi ku), cumik...cumik...”
Setelah dengan gemasnya dia mencubit pipiku, aku pun di peluknya dengan rasa sayangnya. Walaupun begitu aku masih heran saja dengan diriku ini. Walau aku telah dibuatnya menangis, dan cemburu, tapi rasa sayangku tak pernah pudar, bahkan aku semakin sayang dengannya.

***

Selama sepekan, aku selalu dirumah dan tak pernah main kerumah teman atau saudara ku. tapi malam ini, tepatnya malam minggu aku sedang keluar rumah untuk main kerumah temanku yang lumayan cukup jauh, dan perjalanan menuju ke rumah temanku melewati rumah Yosi. Saat aku melewati rumahnya, aku melihat motornya masih didepan rumah. Memang malam ini aku tak ada janjian untuk bertemu dengannya, karena dia ingin main play station dan aku juga main ke rumah Agesty. Sesampainya dirumah Agesty aku kembali bersenda gurau bersamanya sampai pada pukul 21:00 aku berpamitan untuk pulang. Rasanya seneng banget karena malam ini aku bisa melepaskan penatku dengan sahabatku. aku berniat pulang untuk tak melewati rumahnya Yosi, karena malam ini awan menampakkan kesuramannya. Ya, sebentar lagi akan turun hujan. Dengan sedikit lebih cepat mengendarai sepeda motor, aku merasa kedinginan karena angin yang berhembus malam ini sangat dingin. entah apa yang membuatku untuk menengok ke sebuah rumah yang sederhana, aku melihat motor Yosi disitu. Sejenak aku berhenti dan memastikan kalau itu bukan Yosi. Tak berselang lama, orang yang didalam keluar bersama seorang wanita dan benar saja kalau itu Yosi. Ku tunggu apa yang akan terjadi, dan ternyata apa yang mereka lakukan membuat jantung ku berhenti berdetak. Tanpa ku sadari kaki ku telah melangkah mendekati mereka, beriringan denga menetesnya air mata aku mendekati yosi dan hendak menamparnya tapi tak sanggup tangan ini tuk melukainya...
“harchi (nama panggilan)kamu...(sesekali dengan nada sesegukan), ternyata selama ini kamu sudah membohongi, mengkhianati, dan mengecewakan ku. apa artinya kata-kata yang keluar dari mulutmu, kalau yang terjadi tak pernah sama dengan yang kau ucapkan.
“mik..mik.. (dengan keraguan), dengerin penjelasan aku dulu..”
“penjelasan apa, penjelasan bahwa kau telah menyakiti aku, dan bilang kalau kau lebih memilih dia.. iya..!”
“mik, tenang dulu dengerin aku..”
“udah lah harchi, cukup kuat aku selama ini menghadapi tingkahmu, kurasa sejak kejadian itu kau mulai berubah, tapi apa ...? kamu sama sekali tak pernah berubah. Mungkin aku memang tak lebih baik dan lebih cantik dari pada dia. Tapi hati ku cukup tulus untuk menerima kamu apa adanya. Berkali-kali kau menyakitiku, tapi ku tak pernah menjauh darimu, justru ku lebih sayang denganmu. Apa kurang selama ini kasih sayang yang kuberikan untukmu. Aku memang tak berjuang dengan fisik, tapi aku berjuang mempertahankan cinta kita dengan batinku, hati dan perasaanku....(masih menangis).
Dengan mata yang basah, udara yang dingin, aku mulai melaju kembali didalam gelapnya malam dan tak menghiraukan Yosi yang memanggilku. Sampai pada akhirnya aku terjatuh karna tanah begitu licin, aku merasakan benturan dikepalaku. Namun, sesaat aku sudah tak sadar lagi. Kata orang yang menolongku aku terbentur batu dan melukai kepala ku.
Setelah aku benar-benar sadar, aku mengingat kembali peristiwa itu. Air mata yang semula tak ingin mengalir, akhirnya kembali membasahi pipi ini. Dalam batin ku berkata, mungkin kau akan bahagia bersamanya dan ku harap kau tak mengecewakan orang pilihannmu. Aku sekarang telah mati karnamu. Memang bukan tubuh ini yang mati, tapi hati dan perasaanku yang telah kau buat tak lagi bernyawa.

Jangan pernah menyiayiakan orang yang menyayangimu dengan hati yang tulus. Hargailah setiap pengorbanan hatinya untukmu. Belajarlah untuk menghargai sebuah perasaan.

Minggu, 25 Januari 2015

Hati Terluka

BUKAN KEINGINANKU TUK PERGI DARIMU

Saat itu suasana cerah menghibur setiap pribadi yang merasakannya. Nama ku Bella lebih akrab dipanggil cumi oleh sahabat dan pacarku. Aku ingin bercerita tentang perasaanku yang selama ini harus tersakiti. Sebut saja dia Harchi (nama panggilan), dia adalah sahabat sekaligus orang yang aku sayang dan kita pernah saling mencintai. Namun itu tak berakhir lama, karena dia memang tak bisa memiliki pacar yang jauh. Sebenarnya jika dibandingkan dengan cewek-cewek lain yang dia kenal, aku adalah yang paling jelek. Tapi aku bersyukur karena aku masih dikasih kesempatan untuk mencintainya dan memberikan dia kasih sayang. Sekarang ini aku dan dia sudah jarang  berkomunikasi. Aku sekarang sekolah diluar daerah, sedang dia masih sekolah didaerahku. Aku selalu melihat kabar dia lewat SosMed (sosial media). Memang hatiku selalu perih ketika kulihat dia sekarang sudah bersama yang lain, dan tak sedikit air mata ini yang keluar ketika ku dengar kabarnya sedang menjalin tali kasih bersama yang lain karna sesungguhnya aku dan dia belum pernah putus, hanya jarak yang memisahkan. Aku sadar cinta sejati adalah cinta yang tak pernah bisa dipisahkan oleh apapun kecuali maut. Tapi aku dan dia mungkin memang takkan bisa bersatu.

Angin yang menyejukkan diri ini, membawa ku pada bayangannya. Siapa lagi sosok itu kalau bukan harchi. Aku yang sedang berteduh pada sebuah pohon yang cukup rindang, akhirnya memutuskan untuk membuka facebook aku iseng-iseng comment distatusnya. Tapi akhirnya aku seneng banget karena commentku di bales olehnya. 10 menit aku dan dia saling menanyakan kabar, pada akhirnya aku mengetahui kabarnya bahwa dia sedang sakit.
Rasanya aku ingin menangis tapi untunglah aku masih sadar kalau waktu itu aku masih berada disekolah. Saat mendengar kabarnya aku ingin pulang kedaerahku danmenjenguk dia yang sedang sakit.

Malam yang dingin berselimut kan rindu, aku mencoba untuk menelvonnya tapi telfonku tak diangkat. Aku khawatir tentang keadaannya, ingin ku tembus malam dan mencoba datang menghampirinya. Setelah beberapa saat ku menunggu, akhirnya dia mengangkat telfonku. Air mata ini mulai menetes ketika ku dengar suaranya yang melemah. Aku sangat hafal suaranya, suara yang tegas dan terkadang selalu membuat aku tertawa. Kini suara itu melemah dan hampir hilang bahkan suara itu disertai batuk. Aku tak tahu pasti apa penyakitnya tapi waktu itu dia batuk dan ada darahnya. Walau aku tak secara langsung merasakannya tapi aku bisa tahu kalau dia benar-benar merasakan sakit. Saat ini aku hanya bisa berdo’a dan menguatkannya.

   “harchi, kamu harus kuat ya” sambil terisak ku coba menguatkan dirinya.
   “ya cumi, aku akan selalu berusaha buat sembuh, tapi jika ku tak kuat. Ku harap kau masih dapat         mengenangku dan memaafkan segala kesalahan ku”. 
Dia bicara sambil menahan sakit. Ketika ucapan itu keluar dari mulutnya, air mataku semakin menetes membanjiri ranjangku.
“harchi, kamu nggak boleh ngomong seperti itu sayang. Aku nggak ingin kehilangan kamu, kamu harus jaga diri kamu, jangan sampai lupa makan dan minum obat ya”.
“mik... kamu jangan menangis, aku baik-baik saja kok”.
“harchi, dengan kondisimu yang seperti ini kamu nggak bisa bohongi aku kalau kamu baik-baik saja”.
“mik... sebenarnya aku sudah divonis, jadi aku hanya bisa berserah”.
“harchi.. dengerin aku. Nggak ada seorang dokter yang bisa mengetahui umur seseorang. Sekalipun dokter mengatakan bahwa umurnya sudah tak lama lagi, tapi ucapan itu tak ada yang benar. Karena yang mengetahui segalanya adalah Tuhan yang menciptakan kita dan semesta ini. Bersyukurlah ketika kamu diber sakit. Karena dengan ini kamu akan belajar untuk lebih mencintai dirimu sendiri”.
 “mik kenapa kamu menguatkan aku. Bukankah harusnya kamu senang jika aku tak ada lagi, dan pastinya kamu tak ada yang menyakiti kamu”
 “harchi, aku tak pernah menganggap kamu melukai hati ku dan aku tak akan pernah senang jika kamu berkata seperti itu. Tapi aku...”.
“tapi apa mik...?
“tapi aku akan menangis karenamu. Jika aku boleh berbohong, aku akan berbohong kalau aku nggak kangen kamu, nggak sayng kamu, dan aku nggak membutuhkan kamu”.
“cumi, maafkan aku ya, kalau selama ini aku belum bisa memberikan yang terbaik untukmu. Aku hanya bisa melukai perasaanmu, dan membuat mu menangis. Mik aku memang tak bisa mencintaimu semakin dalam, karena akhirnya toh kita tak akan bisa bersama. Mungkin jika kamu mengalah, kita pasti dapat bersama”.
“sudahlah harchi, aku tak bisa merubah keputusanku, karena bagiku agama itu lebih penting dari pada kamu. Harchi biarlah aku merasakan derita cinta ini denganmu, asal nanti kita akan bisa mendapatkan yang terbaik”.

Ya, aku memang berbeda keyakinan dengan harchi. Aku yang beragama kristen dan harchi yang islam itu membuat kita tak dapat bersatu. Baik aku maupun dia memang tak ada yang ingin mengalah.
Namun, pukul 01:01:29 WIB tepatnya tanggal 24-01 kemarin , dia mengirimkan aku sebuah pesan yang berisikan.

“Aku sayang kamu meski aku tak pernah mengatakannya  di depanmu ataupun lewat media lain. Jika kamu ingin tahu seberapa besar cinta ini, cukup kamu tatap mata ini”.

Saat ku terbangun, aku membuka pesan itu dan membacanya secara hati-hati. Aku memang langsung menangis, dan tangisku bukan sedih melainkan aku terharu karena kesetiaanku untuk menjaga perasaan ini membuahkan hasil.


Oh, tuhan terimakasih atas segalanya. kau masih mengizinkanku untuk mencintainya dan menjaga perasaan ini untuknya. walau aku yang pergi biarkan dia selalu bersama-sama dengan do'a ku yang akan selalu menyertainya. aku sanyang kamu Harchi.